Ciri – ciri seseorang yang terkena Pelet :
1. Seketika terbayang bayang wajah seseorang, yang biasanya tidak pernah / jarang terpikirkan
2. Gelisah / hati tidak tenang..... ( bukan kebanyak utang ya gan )
3. Cemas dan ingin bertemu dengan seseorang
4. Perasaan was was yang tidak lazim dan teringat terus akan seseorang
5. Sangat senang berada dekat dengan seseorang yang biasanya tidak demikian
6. Sulit menerima pendapat orang lain ( mencari pembenaran sendiri )
7. Tidak mampu melawan pikiran sendiri ( walaupun telah tau dipelet )
8. Tidak terlalu mampu menjelaskan alasan mencintai orang yang memeletnya....( walau cinta sejati jg tidak memerlukan alasan seh...)
9. Tergila gila dan rela melakukan apapun yang dminta sang kekasih
10. Sulit dalam pengambilan keputusan, cenderung untuk selalu ingin menyenangkan sang pacar..... ( hmmmmm pengeretan deh )
11. Apapun untuk sang pacar,..walau harus bertengar dengan keluarga dan orang orang terdekat, bahkan rela putus hubungan dan meninggalkan sanak family
12. Bertingkah tidak wajar seperti biasanya, seolah mengawang ngawang
13. Tatapan mata cenderung kosong dan seperti tidak memiliki jiwa / kekuatan
14. Pribadi menjadi lemah dan mengikuti keinginan sang pacar
15. Malas untuk beribadah / berdoa
Bagaimana cara kerja pelet ?
Mantera yang diucapkan berulang kali dapat memberikan sebuah kekuatan sugesti. Kekuatan inilah yang dimasukan ke berbagai media sebagai perantara pelet. Sugesti tersebut tentu saja disesuaikan dengan keinginan klien dari sang ahli pelet.
Sugesti yang dibarengi ritual rahasia / lelaku batin seperti puasa akan semakin kuat daya kerjanya.
Ketika media yang telah diisi sugesti berinteraksi / bersentuhan secara fisik dengan target, maka kekuatan tersebut akan langsung bekerja. Sugesti akan merasuk melalui aura tubuh dan sistem peredaran bio energi untuk selanjutnya menuju pikiran. Ketika pikiran telah merasuk, maka lambat laun akan masuk ke hati / jiwa yang terdalam. Bila telah sampai ditahap ini, maka kekuatan pelet akan makin sulit dihilangkan, karena telah meresap masuk ke batin seseorang.
Sugesti yang masuk ke pikiran seseorang akan bekerja melalui pintu ketidaksadaran (unconscious ). Sugesti yang telah bersemayam di diri korban akan terus dimonitor dan diperkuat dari jarak jauh (maupun dekat) oleh sang pelaku pelet. Ibarat chip yang telah tertanam, maka sang dukun tinggal memainkan saja remote control dari jauh sesuka hatinya.
Tentu untuk tahap awal, pelaku pelet akan bekerja keras menanamkan chip pelet sebanyak dan sekuat mungkin ke dalam pikiran korban.
Selain ke hati, dari ketidaksadaran, sugesti akan naik ke pikiran sadar ( consciousness ), lalu ke sikap ( attitude ) dan akhirnya ke perilaku ( behaviour ). Inilah jahatnya pelet, bila telah sampai kepada perilaku maka jelas pengaruhnya telah signifikan dan nyata terlihat oleh orang orang di sekeliling korban.
Perubahan perilaku korban sering tidak dirasakan dirinya namun sangat jelas terlihat oleh orang di lingkungan sekitar, terutama yang mengenal baik sang korban.
Ibarat sesulit menghentikan kebiasaan merokok dari sang pecandu tembakau, begitu pula menyadarkan orang yang telah terkena pelet. Sugesti yang telah merasuk jauh ke relung hati serta dalamnya ketidaksadaran akan memerlukan usaha serius dalam pembersihan dan pengobatannya.
Itu baru dari efek mantera saja, sedangkan sugesti dapat juga diprogram oleh hodam suruhan sang pelaku pelet. Hodam akan terus menerus membisikan dan menggetarkan kata hati sang korban sesuai arahan dan keinginan sang dukun. Siang dan malam hodam dapat terus mengontrol dan mengakses ketidaksadaran seseorang. Hal ini sedikit banyak akan mempengaruhi perilaku sadar korban, yang lama kelamaan menjadi semakin nyata.
Ketika korban tidur, hodam leluasa masuk dan bermain main di alam bawah sadar untuk melancarkan aksinya. Seringkali sugesti muncul dalam simbol mimpi-mimpi korban yang kalau diterjemahkan secara psikologis hal itu mengandung makna tertentu. Tidur adalah saat yang ditunggu tunggu hodam maupun sang dukun karena saat itulah momen terbaik melancarkan serangan.
Ketika tidur gelombang pikiran masuk ke jenis delta, dan pertahanan mental akan menurun. Ini karena metabolisme tubuh fisik juga menurun karena sibuk memperbaiki sel sel yang rusak.
Ahli pelet profesional tentu akan menggabungkan teknik mantera dan penggunaan hodam kelas atas untuk menjamin keberhasilan usahanya. Semakin ahli sang hodam di bidang pelet ( hodam jg memiliki keterampilan tertentu layaknya manusia ), tentu efek yang terjadi akan semakin signifikan.
Pelet tidak mengenal waktu, ada pasien yang terkena pelet selama bertahun tahun, atau bahkan seumur hidup.
Namun demikian biasanya pengaruh pelet akan cenderung berkurang apabila kekuatan sugesti tidak terus diberikan oleh sang pembuatnya.
Dosis berlebihan yang diberikan sang dukun tanpa mempertimbangkan kekuatan metal target dapat berefek fatal. Bisa saja sang pasien menjadi tergila gila dan akhirnya gila beneran. Kalau sudah sampai merusak sel sel otak secara organik, maka penyembuhan akan sangat sulit dan tentu memerlukan bantuan medis. Kesembuhan total jg sulit terjadi bila telah sampai tahap demikian. Ibarat komponen elektronik dimana kabel kabel yang telah putus dan terbakar, maka koneksi akan sulit dibuat kembali.
Preventif dan Pengobatan dari pengaruh Pelet :
1. Ucapkanlah doa sebelum makan dan minum, seperti yang diajarkan semua orangtua kepada anak anaknya sejak kecil.
2. Lebih berhati – hati dalam menyimpan benda – benda yang bersifat pribadi.
3. Waspada ditingkatkan apabila ada orang yang terindikasi menaruh perasaan kepada kita
4. Amati dan jaga jarak dengan orang yang menaruh perasaan dan harapan kepada kita, pelajari latar belakang dan kemungkinan ybs mempergunakan ilmu pelet.
5. Jangan gampang percaya kepada orang. Kepercayaan adalah sesuatu yang sangat sulit diperoleh dan dipertahankan.
6. Waspada perubahan yang terjadi di sekitar tempat kerja / tempat tinggal terutama di malam hari. Biasanya ada tanda – tanda yang menyertai serangan pelet. Misalnya ada suara pasir jatuh di plafon kamar,..suara aktivitas manusia padahal tidak ada orang lain, penampakan sekilas sekelebat bayangan yang biasanya tidak ada. Merasa di awasi ketika menjelang tidur, dsb.
7. Waspada apabila mencium aroma atau wangi wangian yang terkesan agak menyengat. Wewangian yang ditebarkan di areal yang dilewati atau dari seseorang bisa menjadi media ampuh penyebaran pelet.
8. Perkuat dinding pertahanan batin dengan memperbanyak aktivitas sembahyang dan doa / wirid. Dekatkan diri dengan Tuhan untuk meminta perlindunganNya.
9. Sugestikan diri untuk aman dari segala serangan gaib sebelum meninggalkan rumah dan menjelang tidur.
10. Lakukan yoga / senam pernafasan secara teratur dan olah raga untuk memperkuat dinding aura.
Pengobatan :
Basically, pengobatan serangan batin apapun pada prinsipnya tetaplah sama. Juru sembuh harus mencabut energi negatif / kekuatan pelet tersebut dari tubuh sang pasien. Mencabut energi negatif bisa melalui berbagai metode, baik tenaga dalam maupun batin melalui media air minum atau dimandikan.
Setelah dibersihkan tentu disupport dengan kekuatan positif agar mental pasien dapatrecovery dengan segera ke kondisi awal. Bagi serangan batin yang melibatkan penggunaan pasukan hodam atau jin, tentu juru sembuh juga harus menyingkirkan / menaklukan hodam tersebut.
Makin tinggi level spiritual dan kuat energi serangan sang pembuat pelet, maka makin sulitlah penanganannya. Dibutuhkan juru sembuh yang memiliki tingkatan batin minimal sama atau lebih tinggi (kekuatan seimbang) dalam pengobatannya.
Biasanya bila penyembuhan dilakukan oleh tingkatan dibawahnya, maka kesembuhan akan lama dan tidak 100 % bisa normal kembali, karena efek energi jahat tidak tercabut dengan sempurna.
Untuk beberapa kasus, terkadang ada penyembuh yang memergunakan berbagai media yang terkesan “aneh” dan tidak lazim.... seperti berendam di air kubangan bekas mandi kerbau,..menggunakan tumbuhan dan akar tertentu, atau minum darah ayam hitam dll.
Bagi penulis cara- cara apa pun sebenarnya sah sah saja, yang terkadang sebuah cara penyembuhan didapatkan dari hasil meditasi dan perenungan (semedi) / ilafat. Namun demikian sebaiknya hal tersebut tidak memberatkan pasien dan keluarganya. Pada akhirnya semua penyembuhan akan berpulang kepada sang juru sembuh, apakah dengan tulus atau ada motif lain dibelakangnya.